Yogyakarta Cyber Resilience
Akhir-akhir semakin marak kasus cyber crime di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Tahukah kamu bahwa Indonesia adalah salah satu korban serangan hacker terbesar?
Menurut data perusahaan cyber security Surfshark, 1,04 juta akun membocorkan data di Tanah Air pada kuartal kedua 2022. Kebocoran data di Tanah Air pada kuartal kedua 2022. Kebocoran data internet Indonesia pada kuartal kedua 2022 bahkan melonjak 143% dari kuartal pertama 2022. Data tersebut semakin diperkuat oleh data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), setidaknya ada 1,6 miliar kasus jebakan siber yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2021.
Serangan cyber menjadi ancaman nyata yang tidak dapat diabaikan. Pelanggaran data, peretasan sistem, dan serangan siber lainnya dapat berdampak negatif pada beberapa sektor bisnis, edukasi, pemerintahan, dan kehidupan sehari-hari kita. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami pentingnya cyber resilience, yaitu kemampuan organisasi atau individu untuk merespons, melindungi, dan memulihkan diri dari serangan siber dengan cepat dan efektif.
Maka dari keresahan tersebut, UII Academy ke-47 hadir hasil inisiatif Badan Sistem Informasi sebagai garda terdepan cyber security policies data seperti password policies, access control, encryption dan incident response sebanyak tiga puluh ribu orang pengguna aktif di lingkungan Universitas Islam Indonesia. Kami mendukung penuh pentingnya cyber resilience di lingkungan organisasi maupun individu dengan mengangkat kembali di dalam seminar bertajuk” Yogyakarta Cyber Resilience”, kemudian dilanjutkan dengan workshop di hari kedua yang terdiri dari 2 kelas yakni Basic Penetration Testing dan Incident Response.
Bekerja sama dengan mengundang deputi Keamanan Siber dan Sandi Pemerintahan dan Pembangunan Manusia (BSSN) bapak Dr.Sulistyo, S.Si., S.T., M.Si sebagai keynote speaker. Beliau menjelaskan informasi serangan siber yang terjadi di seluruh dunia dengan Amerika Serikat menduduki peringkat pertama sebagai negara mendapatkan serangan siber terbanyak. Kemudian, tren anomali trafik keamanan siber 2022 yang diakibatkan dominannya malware activity. Hal ini sangat menarik bukan?
Kemudian, hal menarik lainnya juga dibahas di seminar kemarin. Salah satunya yakni Cyber Resilience in A University Settings dijelaskan langsung oleh bapak Mukhammad Andri Setiawan, PhD selaku kepala Badan Sistem Informasi. Beliau menjelaskan banyak hal-hal menarik salah satunnya, menurut data yang bersumber dari Badan Sistem Informasi pengguna layanan teknologi di Universitas Islam Indonesia mencapai tiga puluh ribu pengguna. Maka dari itu, beliau mengingatkan bahwa Identity is key, besarnya jumlah pengguna dan perangkat diperlukan kontrol siapa yang mengakses. Hal ini sangatlah krusial, melalui UII Academy kami konsisten memberikan edukasi kepada pengguna pentingnya menjaga data privasi pribadi.
Tak hanya seminar yang dihadiri tidak kurang dari 200 orang peserta, kurang rasanya rangkaian UII Academy ke-47 apabila tidak dilengkapi dengan praktek. Karena hal tersebut, kami juga menghadirkan workshop eksklusif yang berlangsung di Laboratorium Informatika. Dengan dipandu 2 pemateri handal, rangkaian workshop yang berlangsung tersebut berjalan dengan sukses.
Infrastruktur sangat bagus disini, saya mengikuti kelas Workshop Basic Penetration Testing. Mengikuti kelas ini menambah wawasan dan nanti kita akan bisa menelaah sistem informasi kita. Harapan saya waktu workshop ditambah lagi, perlu materi yang mendalam jadi perlu ditambah lagi waktunya. Terimakasih
Kebetulan saya dari konsentrasi Forensik Digital Magister Informatika, tentunya workshop ini menambah wawasan di dunia digital security. Kita melakukan praktek di kelas Incident Response, saya menemukan kendala di Operating System. Namun, pembicara sangat membantu terimakasih